Senin, 09 Mei 2011

Sekali waktu seorang teman menunjukkan sesuatu yang sama seperti yang ada di foto ini sambil bertanya pada saya, “apa yang kamu lihat?”

Banyak sekali jawaban keluar dari mulut (agak) cerewet saya.  Mulai huruf X, tanda silang, simbol mantan pacar, kebodohan, orang gila dan lain-lain. Hampir putus asa karena gerakan atas bawah tak juga terlihat dari kepalanya. Terakhir saya bilang 'kesalahan,' ada tarikan tipis membentuk bulan seperempat di bibirnya. Sebentar kemudian ia berkata “ini kertas putih, Rizky!”

Mungkin sebal karena terlihat bodoh, setelah hari itu saya praktekkan hal yang sama ke beberapa teman, semuanya tidak ada yang menjawab kertas putih. Ternyata bukan hanya saya saja yang bodoh, haha! Baiklah, ini penjelasan teman saya...

Manusia kebanyakan melihat sesuatu secara sempit, tanpa melihat hal besar yang menjadi wadahnya. Itu hanya satu coretan, apalagi bila banyak dan bermacam-macam. Pasti akan semakin banyak isi otak yang termuntahkan dengan asumsi-asumsi yang semakin liar. Si kertas putih pun terlupakan. Padahal sekotor apapun, ia tetaplah bernama kertas putih. Em…, kertas putih yang kotor, bisa juga. Cobalah untuk melipatnya, pasti kotoran-kotoran tadi tak lagi terlihat.

Sekarang ibaratkan kertas putih itu adalah cinta. Coretan-coretan di dalamnya adalah kesalahan, rasa sakit, rasa cemburu, rasa memiliki yang berlebihan dan rasa-rasa lain yang tidak menyenangkan, yang bisa membuat mata berurai air tanda kepedihan dan hati yang terluka. Melipat kertas putih tadi bisa berarti menutup dan memaafkan semua kesalahan. Jadi tak terlihat kan?! 

Sudah ah, terlalu banyak tulisan malah tak terbaca. Katanya, Hitler itu tidak mau terlalu banyak mengeluarkan kata-kata supaya kalimat yang dikeluarkan mulutnya bisa mudah dicerna dan menghantui siapapun yang mendengarnya. Saya mau melanjutkan membaca coretan-coretan dalam hati saya dan mencoba menghapus, tanpa melipat…, dengan maaf terbungkus segala doa baik, tentunya.



Ini bukan Lebaran, namun tak salah kan bila memaafkan?!  =)